Hay hay balik lagi nih aku :)
Aku kali ini mau kasih tau daerah tempat lahirnya aku.. Oh ya aku lahir di Banyumas tau ngga Banyumas tuh dimana?? Kalo ngga tau aku informasiin ya tapi ngga lengkap lengkap banget :v
Profil Kabupaten Banyumas

Luas
wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.329,02 km2 atau setara dengan
132.759,56 ha, dengan keadaan wilayah antara daratan dan pegunungan dengan
struktur pegunungan terdiri dari sebagian lembah Sungai Serayu untuk tanah pertanian, sebagian
dataran tinggi untuk pemukiman dan pekarangan, dan sebagian pegunungan untuk
perkebunan dan hutan tropis terletak di lereng Gunung Slamet sebelah
selatan.Bumi dan kekayaan Kabupaten Banyumas masih tergolong potensial karena
terdapat pegunungan Slamet dengan ketinggian puncak dari permukaan
air laut sekitar 3.400 M dan masih aktif.
Keadaan
cuaca dan iklim di Kabupaten Banyumas memiliki iklim tropis basah. Karena
terletak di antara lereng pegunungan jauh dari pesisir pantai maka pengaruh
angin laut tidak begitu tampak. Namun dengan adanya dataran rendah yang
seimbang dengan pantai selatan angin hampir nampak bersimpangan antara pegunungan
dengan lembah dengan tekanan rata-rata antara 1.001 mbs, dengan suhu udara
berkisar antara 21,4 °C - 30,9 °C.
Dengan batas wilayah bagian utara adalah Gunung Slamet, kabupaten Tegal dan kabupaten Pemalang. Bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Cilacap. Baian barat berbatasan dengan Kabupaten Cilacap dan kabupaten Brebes. Dan bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga, kabupaten Kebumen, dan kabupaten Banjarnegara.
Sejarah
Kabupaten Banyumas
Diceritakan, bahwa Adipati Wirasaba yang bernama
Wargautama I (satu) memerintah rakyat.Kadipaten Wirasaba dengan arif dan
bijaksana. Keberhasilan dalam menjalankan pemerintahan membuat rakyat Kadipaten
Wirasaba hidup makmur, aman dan damai. Sepeninggal Raden Wargautama I,
kedudukan digantikan oleh menantunya, Raden Bagus Mangun atau Raden Semangun,
yang disebut juga Joko Kaiman, Putra Raden Banyaksosro. Raden Mangun disebut
Raden Wargautama II (dua).Adipati Wargautama II membagi tanah Kadipaten
Wirasaba menjadi empat bagian untuk diserahkan kepada empat orang putranya.
Sejak itu beliau dikenal dengan sebutan Adipati Mrapat artinya adipati yang
membagi empat. Di kemudian hari keempat daerah ini dikenal dengan istilah Catur
Tunggal.Tanah tersebuat di sebelah barat daya Desa Kejawar. Di sana terdapat
pepohonan yang bernama pohon tembangan. Warnanya seperti emas.Dengan berbagai
pertimbangan dan saran dari para cerdik pandai, akhirnya Adipati Mrapat
memutuskan untuk malaksanakan apa yang diwangsitkan, yaitu membuka hutan.
Berangkatlah Adipati Mrapat dengan rakyatnya yang setia dan siap berjuang
membuka daerah permukiman baru. Tidak terhitung berapa lamanya membuka hutan,
akhirnya selesai dan kota pun menjelma atau terwujud.Setelah Adipati Mrapat
wafat digantikan putranya secara turun temurun. Berturut turut antara lain R.
Ng Mertasure i, R Ng Mertayuda dan seterusnya.
Cerita kedua menyebutkan bahwa ketika rakyat membangun pusat
pemerintah kebetulan ada kayu besar hanyut di Sungai Serayu. Kayu itu bernama
pohon “Kayu Mas“. Kayu itu berasal dari Desa Karangjambu, Kecamatan
Kejobong, Kawedan Bukateja, Kabupaten Purbalingga.Anehnya, kayu itu berhenti
tepat di lokasi pembangunan. Adipati Mrapat tersentuh hati melihat kejadian
itu. Lalu diambilah kayu tersebut. Kemudian djaikan saka guru Balai Si Panji.
Karena kayu itu bernama kayu mas yang hanyut terbawa arit, maka pusat pemerintahan
yang dibangun tadi diberi nama “Banyumas” (air dan kayu mas).Cerita ketiga adalah bahwa dalam
sejarah Toyamas disebutkan bahwa nama Banyumas adalah berhentinya Adipati
Mrapat dalam perjalanan mudik dari Wirasaba. Pada saat itu ia melalui Kali
Rukmi atau Kali Mas. Bersama para Nayaka Praja dan Prajuritnya, ia berhenti di
pertemuan Sungai Mas dengan sungai yang lain. Disitu Adipati Mrapat membuat
psenggrahan yang kemudian diberi nama Banyumas.
Cerita keempat menyebutkan
bahwa nama Banyumas berasal dari kata banyu dan emas. Kata-kata itu diceritakan
oleh penduduk daerah tersebut secara bersaut-sautan. Konon sebelum nama
Banyumas daerah itu disebut Selarong. Kala itu Selarong kedatangan seorang tamu
dengan menunggang kuda. Selama di Selarong, tamu itu bertingkah laku aneh,
berbeda dengan adat istiada setempat. Oleh karena itu, penguasa praja mengambil
tindakan pengamanan. Tamu dimasukkan kedalam bui atu penjara.Pada saat itu kota
Selarong sedang dilanda kemarau panjang. Sumur-sumur kering. Aliran Sungai
Serayu surut.Untuk mendapatkan air sangat susah. Penduduk harus membuat
belik-belik di pinggir sungai. Sejak tamu itu dimasukkan ke dalam penjara
secara kebetulan tampaklah awan hitam di langit. Lama-kelamaan berubah menjadi
mendung. Suasana pun menjadi gelap dan akhirnya turunlah hujan dengan lebatnya.
Bukan main gembiranya penduduk Selarong. “Banyu…Banyu…Banyu...” dan yang
lain berteriak kata-kata “Banyu Emas“. Banyu Mas artinya air yang sangat
berharga bagaikan emas. Sejak saat itulah kota Selarong berganti nama menjadi
Banyumas sampai sekarang.Sejak kejadian itu, penguasa melepaskan tamu itu dari
penjara, dengan pertimbangan keadaan mulai tenang. Setelah dibebaskan tamu itu
langsung pergi ke Desa Dawuhan. Di sana ia berguru kepada orang sakti bernama
Embah Galagamba atau biasa disebut Ki Glagah Amba. Kedua orang itu tinggal di
Padepokan Dawuhan hingga akhir hayatnya. Embah Glagah dan muridnya dimakamkan
di Dawuhan.
Lambang
Kabupaten Banyumas

Daun
lambang. Berbentuk bulat dan didalamnya berlukiskan dari atas
ke bawah, melambangkan kebulatan tekad masyarakat di wilayah Kabupaten Banyumas
dalam melaksanakan usahanya yang suci, ikut serta dalam revolusi bangsa
Indonesia dalam mengejar cita-cita bangsa yaitu masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
Gunung Slamet. Berwarna abu-abu(kelabu) atau hitam dengan latar belakang warna biru di bagian atas dan warna hijau di bagian sebelah bawahnya.
NAMA SLAMET: mencerminkan harapan masyarakat di kabupaten Banyumas khususnya dan seluruh wilayah Indonesia umumnya agar supaya senantiasa selamat di dunia dan akhirat kelak dengan arti kata sesuai dengan Pancasila.
GUNUNG SLAMET: digambarkan sangat megah menjulang tinggi ke angkasa, melukiskan keagungan dan keteguhan yang dimiliki dan diamalkan oleh manusia masyarakat di Kabupaten Banyumas. Di gunung terdapat terdapat hutan lebat yang perlu dijaga agar tetap menghijau, mengingat fungsi hutan bagi daerah (hasta karana) yang bersifat: klimatologis, hidrologis, orologis, sosiologis, ekonomis, strategis, estetis, sanitair.
Sungai Serayu. Terletak melintang dengan warna kuning emas berlapis tiga yang dibatasi dengan baris gelombang sebanyak empat buah berwarna hitam.
NAMA SERAYU: mencerminkan harapan masyarakat di Kabupaten Banyumas khususnya dan seluruh Indonesia umumnya, agar supaya senantiasa RAHAYU atau selamat.
AIR SUNGAI SERAYU: sangat bermanfaat untuk pertaniandan usaha-usaha produksi serta usaha-usaha untuk kesejahteraan lainnya dari masyarakat Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Digambarkan tiga lapis gelombang maksudnya, bahwa sungai tersebut mengalir di tiga ex Kawedanan yaitu Banyumas, Sokaraja, Jatilawang.
Gunung Slamet. Berwarna abu-abu(kelabu) atau hitam dengan latar belakang warna biru di bagian atas dan warna hijau di bagian sebelah bawahnya.
NAMA SLAMET: mencerminkan harapan masyarakat di kabupaten Banyumas khususnya dan seluruh wilayah Indonesia umumnya agar supaya senantiasa selamat di dunia dan akhirat kelak dengan arti kata sesuai dengan Pancasila.
GUNUNG SLAMET: digambarkan sangat megah menjulang tinggi ke angkasa, melukiskan keagungan dan keteguhan yang dimiliki dan diamalkan oleh manusia masyarakat di Kabupaten Banyumas. Di gunung terdapat terdapat hutan lebat yang perlu dijaga agar tetap menghijau, mengingat fungsi hutan bagi daerah (hasta karana) yang bersifat: klimatologis, hidrologis, orologis, sosiologis, ekonomis, strategis, estetis, sanitair.
Sungai Serayu. Terletak melintang dengan warna kuning emas berlapis tiga yang dibatasi dengan baris gelombang sebanyak empat buah berwarna hitam.
NAMA SERAYU: mencerminkan harapan masyarakat di Kabupaten Banyumas khususnya dan seluruh Indonesia umumnya, agar supaya senantiasa RAHAYU atau selamat.
AIR SUNGAI SERAYU: sangat bermanfaat untuk pertaniandan usaha-usaha produksi serta usaha-usaha untuk kesejahteraan lainnya dari masyarakat Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Digambarkan tiga lapis gelombang maksudnya, bahwa sungai tersebut mengalir di tiga ex Kawedanan yaitu Banyumas, Sokaraja, Jatilawang.
Seludang
(Mancung). Berwarna
cokelat dan manggar berwarna kuning emas yang tandanya terdapat 10 butir buah
kelapa yang masih muda (bluluk) berwarna putih.kuning dan seluruhnya terletak
di bagian bawah sebelah kiri. Kabupaten Banyumas merupakan penghasil gula
kelapa dan merupakan sumber salah satuusaha rakyat.
Setangkai/ranting
cengkeh, dengan
tangkainya yang berbuah lima biji, cengkeh berwarna cokelat/kuning emas yang
terletak di belahan bawah sebelah kanan. Berbuah lima diartikan Pancasila.
Kabupaten Banyumas merupakan penghasil cengkeh yang cukup besar.
Gada
Rujak Polo. Berwarna
hitam yang beruas lima buah, pinggiran lukisan yang ada di dalamnya merupakan
batas ruas yang berwarna kuning. Merupakan senjata Raden Werkudara dengan sifat
satria, jiwa pejuang yang gagah berani dan kuat yang dimiliki oleh orang
Banyumas yang mengingatkan para tokoh dan pejuang Kabupaten Banyumas. Raden
Werkudara bersifat jujur dan cablaka yang juga merupakan sifat orang Banyumas.
Sebatang
pohon beringin. Pohon
beringin yang mempunyai sulur enam buah dan rimbunan daun berupa tiga lapisan
gelombang yang merupakan rangkaian 24 busur dengan susunan dari dalam keluar
4,6, dan 14 yang keseluruhannya berwarna putih dan terletak di tengah sebagai
bayangan (di belakang gada rujak polo). Bermakna pengayoman, keadilan, dan
kebenaran yang diusahakan dan menjadi cita-cita masyarakat Banyumas.
Surya
sengkala:RARASING RASA WIWARANING PRAJA. Mengandung makna
Tahun 1966 dan juga diartikan bahwa rasa yang serasi dari masyarakat merupakan
pintu gerbang untuk memasuki daerah atau negara yang dicita-citakan.Ditulis
dengan huruf Latin berwarna emas di atas dasar yang berbentuk pita sebagai
bayangan berwarna hitam dengan pelisir kuning emas.
Nama daerah "DAERAH KABUPATEN BANYUMAS" ditulis dengan huruf Latin berwarna kuning emas di atas dasar yang berbentuk pita berwarna merah pelisir warna kuning emas.
Nama daerah "DAERAH KABUPATEN BANYUMAS" ditulis dengan huruf Latin berwarna kuning emas di atas dasar yang berbentuk pita berwarna merah pelisir warna kuning emas.
Pengapit
lambang
- Sebelah kiri:Setangkai bulir padi berbiji 17
(berwarna kuning emas)
- Sebelah kanan:Ranting murbai 8 (berwarna hijau
berpelisir warna kuning emas, berbuah delapan untai/buah berwarna merah
dan kuning emas serta tangkainya berwarna kuning emas) Menggambarkan dan
bermakna Kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Perpaduan antara padi murbai
dan gada rujak polo melambangkan hari depan rakyat Banyumas yang menuju
masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Perpaduan antara bulir padi tujuh belas biji, murbai berdaun delapan,
garis gelombang empat buah dan gada beruas lima adalah merupakan angka
tanggal bersejarah, Hari Proklamasi Indonesia, 17 Agustus 1945.
Makna
Warna untuk motif gambar lambang daerah
- Biru:kedamaian, terang
- Hitam:keabadian,keteguhan,setia,konsekuen
- Kuning emas:kemurnian dan ketinggian mutu,
keluhuran
- Hijau:kesuburan,kemakmuran
- Merah:keberanian,dinamika
- Putih:kesucian,kejujuran
Kebudayaan Banyumas
1.
Ebeg

Ebeg adalah jenis tarian rakyat yang berkembang di
wilayah Banyumasan. Varian lain dari jenis kesenian ini
di daerah lain dikenal dengan nama kuda lumping atau jaran kepang, ada juga yang
menamakannya jathilan (Yogyakarta) juga reog (Jawa Timur) namun di wilayah
Kecamatan Tambak (Wilayah Kabupaten Banyumas bagian selatan) lebih dikenal
dengan nama "ebleg". Tarian ini menggunakan “ebeg” yaitu anyaman
bambu yang dibentuk menyerupai kuda berwarna hitam atau putih dan diberi
kerincingan. Penarinya mengenakan celana panjang dilapisi kain batik sebatas lutut dan berkacamata hitam, mengenakan mahkota dan sumping
ditelinganya.
2.
Begalan

Begalan adalah jenis kesenian yang biasanya dipentaskan dalam
rangkaian upacara perkawinan yaitu saat calon pengantin pria beserta
rombongannya memasuki pelataran rumah pengantin wanita. Disebut begalan karena
atraksi ini mirip perampokan yang dalam bahasa Jawa disebut begal. Upacara ini
diadakan apabila mempelai laki-laki merupakan putra sulung. Begalan merupakan
kombinasi antara seni tari dan seni tutur atau seni lawak dengan iringan
gending. Sebagai layaknya tari klasik, gerak tarinya tak begitu terikat pada
patokan tertentu yang penting gerak tarinya selaras dengan irama gending.
Jumlah penari 2 orang, seorang bertindak sebagai pembawa barang-barang
(peralatan dapur), seorang lagi bertindak sebagai pembegal/perampok.
Barang-barang yang dibawa antara lain ilir, ian, cething, kukusan, saringan
ampas, tampah, sorokan, centhong, siwur, irus, kendhil dan wangkring. Barang
bawaan ini biasa disebut brenong kepang. Pembegal biasanya membawa pedang kayu.
Kostum pemain cukup sederhana, umumnya mereka mengenakan busana Jawa.
3.
Lengger-Calung
Kesenian tradisional
lengger-calung tumbuh dan berkembang di wilayah ini. Sesuai namanya, tarian
lengger-calung terdiri dari lengger (penari) dan calung (gamelan bambu),
gerakan tariannya sangat dinamis dan lincah mengikuti irama calung. Diantara
gerakan khas tarian lengger antara lain gerakan geyol, gedheg dan lempar
sampur.Dulu penari lengger adalah pria yang berdandan seperti wanita, kini
penarinya umumnya wanita cantik sedangkan penari prianya hanyalah sebagai badut
pelengkap yang berfungsi untuk memeriahkan suasana, badut biasanya hadir pada
pertengahan pertunjukan. Jumlah penari lengger antara 2 sampai 4 orang, mereka
harus berdandan sedemikian rupa sehingga kelihatan sangat menarik, rambut
kepala disanggul, leher sampai dada bagian atas biasanya terbuka, sampur atau
selendang biasanya dikalungkan dibahu, mengenakan kain/jarit dan stagen. Lengger
menari mengikuti irama khas Banyumasan yang lincah dan dinamis dengan
didominasi oleh gerakan pinggul sehingga terlihat sangat menggemaskan.
Peralatan gamelan calung terdiri dari gambang barung, gambang penerus,
dhendhem, kenong dan gong yang semuanya terbuat dari bambu wulung (hitam),
sedangkan kendang atau gendang sama seperti gendang biasa. Dalam penyajiannya
calung diiringi vokalis yang lebih dikenal sebagai sinden. Satu grup calung
minimal memerlukan 7 orang anggota terdiri dari penabuh gamelan dan penari/lengger.
4.
Wayang
Kulit Gagrag Banyumasan
Sebagaimana
masyarakat Jawa pada umumnya, masyarakat Banyumasan juga gemar menonton
pertunjukan wayang kulit. Pertunjukan wayang kulit di wilayah Banyumas lebih
cenderung mengikuti pedalangan “gagrag” atau gaya pedalangan khas Banyumasan.
Seni pedalangan gagrag Banyumasan sebenarnya mirip gaya Yogya-Solo bercampur
Kedu baik dalam hal cerita, suluk maupun sabetannya, bahasa yang
dipergunakanpun tetap mengikuti bahasa pedalangan layaknya, hanya bahasa para
punakawan diucapkan dengan bahasa Banyumasan. Nama-nama tokoh wayang umumnya
sama, hanya beberapa nama tokoh yang berbeda seperti Bagong (Solo) menjadi
Bawor atau Carub. Menurut model Yogya-Solo, Bagong merupakan putra bungsu Ki
Semar, dalam versi Banyumas menjadi anak tertua. Tokoh Bawor adalah maskotnya
masyarakat Banyumas.
Ciri utama dari wayang kulit gagrag Banyumasan adalah nafas kerakyatannya yang begitu kental dan Ki Dalang memang berupaya menampilkan realitas dinamika kehidupan yang ada di masyarakat. Tokoh pedalangan untuk Wayang Kulit Gagrag Banyumasan yang terkenal saat ini antara lain Ki Sugito Purbacarito, Ki Sugino Siswacarito, Ki Suwarjono dan lain-lain.
Ciri utama dari wayang kulit gagrag Banyumasan adalah nafas kerakyatannya yang begitu kental dan Ki Dalang memang berupaya menampilkan realitas dinamika kehidupan yang ada di masyarakat. Tokoh pedalangan untuk Wayang Kulit Gagrag Banyumasan yang terkenal saat ini antara lain Ki Sugito Purbacarito, Ki Sugino Siswacarito, Ki Suwarjono dan lain-lain.
5.
Gending
Banyumasan
Gending khas lagu-lagu
Banyumasan sangat mewarnai berbagai kesenian tradisional Banyumasan, bahkan
dapat dikatakan menjadi ciri khasnya, apalagi dengan berbagai hasil kreasi
barunya yang mampu menampilkan irama Banyumasan serta dialek Banyumasan.
Ciri-ciri khas lainnya antara lain mengandung parikan yaitu semacam pantun
berisi sindiran jenaka, iramanya yang lebih dinamis dibanding irama Yogya-Solo
bahkan lebih mendekati irama Sunda. Isi-isi syairnya umumnya mengandung nasihat,
humor, menggambarkan keadaan daerah Banyumas serta berisi kritik-kritik sosial
kemasyarakatan. Lagu-lagu gending Banyumasan dapat dimainkan dengan gamelan
biasa maupun gamelan calung bambu. Seperti irama gending Jawa pada umumnya,
irama gending Banyumasan mengenal juga laras slendro dan pelog.
Makanan Khas Banyumas
1.
Mendoan

Salah satu makanan asli Banyumas adalah tempe mendoan.
Tempe mendoan (kita sebut saja mendoan agar lebih mudah) pada dasarnya sama
dengan tempe lain yang terbuat dari kedelai. Hanya saja mendoan mempunyai
keunikan tersendiri, yakni cara penyajiannya. Jika kita membeli tempe goreng di
tukang gorengan yang kita temui adalah tempe yang digoreng garing (kering).
Mendoan tidak demikian, makanan ini disajikan dalam keadaan "mendo"
yang artinya dalam bahasa indonesia adalah setengah matang. Keunikan lagi dari
tempe Banyumas adalah dibuat dengan cara membungkus kedelai berjajar tipis dan
melebar, beda dengan tempe dari daerah lain yang cenderung lebih tebal.
2.
Keripik Tempe

Selain terkenal dengan mendoannya, Kab Banyumas Juga
terkenal dengan kripiknya. Sepeti halnya mendoan, Kripik juga berbahan dasar
tempe. Kalau mendoan adalah tempe tipis yang digoreng setengah matang tetapi
kalau kripik adalah tempe tipis yang digoreng kering sekali. Tapi rasa gurihnya
tidak hilang. Kalau mendoan hanya bisa bertahan satu hari, sedangkan
kripik bisa bertahan sampai satu bulan. Kripik dan mendoan melambangkan
perwatakan orang Banyumas. Jika bibuat baik orang Banyumas juga akan lemas dan
lebih baik akan tetapi jika dibuat jahat orang Banyumas akan mudah patah
seperti kripik.
3.
Dages

Dages merupakan
teman akrab dari mendoan. Biasanya jika dijual mendoan pasti juga di jual dages.
Dages adalah makanan sebagai varian tempe dengan campuran bahan ampas
kelapa yang digumpalkan dan dijamurkan. Dages pada umumnya makan makanan kecil
atau sarapan yang ditemani oleh cabai rawit atau lombok cengis. Dari dages pada
umumnya dibuat gorengan kering/mendoan. Variasi lainnya, bisa juga dibuat oseng
dages kombinasi kecambah, lombok merah, dan hijau, jadi mirip oseng hati sapi
dan bila diiris tipis-tipis bisa digoreng kering jadi kripik dages rasanya
mirip gorengan peru sapi, kriyik dan gurihnya. Seperti tempe bongkreck dages
juga makanan yang sangat murah dan biasa dikonsumsi oleh orang pedesaan.
4.
Getuk Goreng Sokaraja

Getuk goreng adalah penganan khas Sokaraja yang
manis dan gurih, dibuat dari singkong dan dibumbui gula kelapa. Getuk goreng
ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1918 oleh Sanpirngad, seorang penjual
nasi keliling di daerah Sokaraja. Pada saat itu getuk yang dijual tidak laku,
sehingga beliau mencari akal agar getuk tersebut masih bisa dikonsumsi.
Kemudian, getuk yang tidak habis dijual pada hari itu dia goreng dan dijual
lagi. Ternyata, makanan baru tersebut digemari oleh para pembeli Saat ini getuk
goreng dapat dengan mudah ditemui di sepanjang jalan di Sokaraja. Getuk yang
digoreng juga bukan lagi getuk yang tidak laku dijual, melainkan sengaja dibuat
untuk digoreng.
5.
Soto Sokaraja

Soto Sokaraja atau oleh masyarakat Banyumas disebut
Sroto Sokaraja adalah sejenis makanan dari Indonesia. Soto ini memiliki ciri
khas yang berbeda dengan soto-soto lainnya yang ada di Indonesia. Ciri utama
dari soto ini adalah penggunaan sambal kacang dan ketupat. Soto Sokaraja sudah
banyak dijual di luar Banyumas tetapi kalau sempat mampir ke Sokaraja, kita
dapat menikmati soto di warung-warung yang berderet rapi di sepanjang jalan di
Sokaraja.
6.
Lanting

Lanting adalah makanan renyah asli dari Kabupaten
Banyumas, terbuat dari singkong, rasanya gurih dan renyah. Bentuk lingkaran,
ada juga yang seperti angka delapan. Lanting khas Banyumas tersedia dalam
berbagai rasa yaitu asin, pedas, keju, dan jagung manis. Lanting ini bisa agan
dapatkan di pusat-pusat oleh-oleh khas Purwokerto.
6. Nopia
dan Mino

Nopia dan Mino merupakan hasil
produksi warga desa Pakunden Kecamatan Banyumas. Nopia dan Mino [Mini Nopia]
adalah makanan khas Banyumas yang terbuat dari terigu, gula jawa, dan beberapa
rempah-rempah. Ada beberapa proses yang harus dilalui dalam pembuatannya Nopia
dan Mino, Terigu dibuat adonan kemudaian dibagi dua. Untuk bagian kulit dipisah.
Bagian isi diberi gula jawa dan rempah-rempah serta perasa misalnya rasa
bawang, nangka, coklat, durian, dsb. Untuk nopia takarannya lebih besar di
bandningkan dengan mino.Bagian isi dimasukkan bagian kulit kemudian
digulung-gulung dan dibulatkan, lalu proses yang sangat unik dan mungkin jarang
sekali di temui di daerah lainnya adalah cara memasaknya. Oven dari tanah dan
batu bata berbentuk lingkaran silinder yang mampu mempertahankan panasnya
dengan stabil, serta diyakini lebih baik dibanding dengan oven modern berbahan
bakar gas atau listrik, oven tersebut dipanaskan dengan bara arang kelapa atau
arang kayu. Adonan yang berbentuk bulat ditempelken ke dinding tungku yang
berbentuk silinder, pemanasan akan bersuhu hingga 90 derajat lebih. Adonan akan
mengembang dalam bebeapa waktu. Adonan jangan sampai meletus atau gosong.
maka segera diangkat. jadilah nopia atau mino yang unik makanan khas Banyumas.
7.
Jenang Jaket

Namanya memang
Jaket, tapi tidak ada hubungannya dengan pakaian. Ini adalah makanan yang terbuat
dari tepung dan juga gula melalui proses yang panjang. Tapi karena ciri
khasnya, jenang jaket sudah lama menjadi makanan tradisional yang paling banyak
dicari. Bahkan pada hari-hari besar (hari raya) seringkali produsen jenang
jaket menolak pesanan. Ini dikarenakan Jenang Ketan proses pembuatnnya
lama dan juga membutuhkan ketekunan. Kalau anda berkunjung ke Purwokerto dan
ingin mengunjungi sentra pembuatan jenang jaket silahkan datang saja ke kawasan
produksi jenang jaket di daerah MERSI Purwokerto.
Tempat Wisata di
Banyumas
1.
Baturraden

Tempat wisata
di Purwokerto yang satu ini seolah sudah melegenda. Tak hanya populer tetapi
juga menjadi favorit wisatawan baik lokal maupun domestik bahkan mancanegara.
Baturaden menawarkan keindahan panorama alam disertai dengan beragam wahana
permainan yang bisa dinikmati bersama keluarga.Terletak di lereng Gunung
Slamet, Baturaden menyuguhkan hawa sejuk nan menyegarkan sehingga cocok sekali
sebagai destinasi rekreasi Anda bersama keluarga. Lokasi wisata ini juga mudah
diakses dan tak jauh dari pusat kota, karena Anda hanya membutuhkan waktu
kurang lebih 15 menit dari pusat kota Purwokerto ke tempat wisata Baturaden.
2.
Pemandian Kalibacin

Pemandian Kalibacin menjadi salah satu tempat wisata
di Purwokerto yang banyak dikunjungi wisatawan. Daya tarik utama dari tempat
wisata ini adalah pemandian air hangat yang dipercaya sanggup menyembuhkan
berbagai penyakit kulit, karena mengandung belerang. Lokasinya berada di Desa Tambaknegara,
Kecamatan Rawalo.
3. Crossworld
Paintball

Berwisata alam memang
menyenangkan dan menenangkan. Namun, apabila Anda bosan dengan wisata alam,
wisata yang satu ini bisa menjadi pilihan, Crossworld Paintball. Tempat wisata
di Purwokerto ini menawarkan war game atau permainan perang-perangan. Nah, Anda
bisa beraksi bak jagoan di film-film Hollywood. Untuk menikmati wisata ini
tentu Anda harus berkunjung bersama dengan rombongan.Tempat wisata ini terletak
di Jalan Ringin Tirto No. 69. Selain paintball, di tempat wisata ini Anda juga
bisa menikmati permainan bilyard dan sajian di mini food court.
4.
Curug Cipendok

Curug Cipendok
telah dilengkapi dengan sarana prasarana memadai yang memudahkan wisatawan
untuk menikmati keindahan alamnya. Keindahan alam yang masih sangat terjaga
dengan buaian udara yang sejuk dan segar menjadi daya tarik utama dari tempat
wisata ini. Tak hanya itu, Anda juga bisa mendapati suara-suara penghuni hutan
seperti kera dan elang. Untuk urusan kuliner, Anda tak perlu khawatir, karena
di lokasi ini telah banyak warung yang menjajakan makanan khas Purwokerto.Lokasinya
cukup jauh dari pusat kota Purwokerto, yakni berjarak sekitar 25 km, tepatnya
berada di Desa Karangtengah, Cilongok, Banyumas.
5.
Curug Nangga

Curug ini
menjadi terkenal sejak ter-ekspose di media sosial. Curug ini memiliki 7
tingkatan, dari atas sampai bawah dan terlihat begitu eksotis dari kejauhan.
Nama-nama curug ini dari yang paling atas itu namanya Curug Nangga, lalu yang
kedua Curug Cikidang, Curug Gomblang, Curug Pewinian, Curug Bantar Pewinian,
Curug Lunjar, dan yang terakhir ini Curug Benda. Untuk dapat menikmati
keindahan alam curug nangga, para wisatawan hanya perlu membayar tiket masuk seharga Rp 3.000.Lokasi curug ini ada
di desa Petahunan, kecamatan Pekuncen (ajibarang), kabupaten Banyumas.
6. Curug Bayan

Curug Bayan
ini memiliki ketinggian sekitar 7m. Di bawahnya ada ceruk berkedalaman sekitar
2-5 m. Jika anda mau ke sini, mendingan pakai kendaraan pribadi, soalnya di
sini tidak ada angkutan umum sama sekali. Untuk masuk ke curug ini, anda hanya
perlu membayar tiket sekitar Rp 3.000.Lokasi curug ini terletak di Dusun
Kalipagu, Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas. Letaknya
sekitar 3 km sebelah barat dari obyek wisata Baturraden.
0 komentar:
Posting Komentar